Sabtu, Agustus 14, 2010

Lepas dari Jeratan Si Manis

Tiket pesawat ke Jakarta sudah di tangan drg Suyatno Sutopo. Menjelang berangkat, tiba-tiba napasnya terengah-engah. Dokter gigi itu bersandar lemah di tepi tempat tidur. 'Ini serangan jantung, harus segera dibawa ke rumahsakit,' tutur Sutandyo, kakak ipar Suyatno, yang juga dokter.

Dini hari itu Sutandyo bergegas membawa drg Suyatno ke Semarang. Sepanjang perjalanan Suyatno sulit bernapas. Dokter yang memeriksanya mendiagnosis Suyatno menderita infark. Infark adalah matinya otot jantung akibat tersumbatnya pembuluh darah koroner yang memasok darah ke otot jantung. Selain memvonis infark, dokter juga menemukan kadar gula darah yang tinggi: 400 mg/dl, kadar normal, 90-120 mg/dl.

Penyakit yang disebut pertama, akhirnya sembuh setelah Suyatno dirawat selama 10 hari. Sayang, kadar gula yang menjulang itu tak kunjung turun. Ia positif mengidap diabetes mellitus. Itulah sebabnya ia mengkonsumsi obat penurun kadar gula darah seperti glibenklamide, amaryl, dan lactibet. Namun, kadar gula darahnya tak kunjung normal. Malahan kondisi kesehatan tubuh Topo-panggilan akrab Suyatno-kerap anjlok.

Keracunan keton
Suyatno kerap letih dan mudah haus. Padahal, aktivitas sebagai dokter praktek dan dosen di sebuah universitas swasta sangat padat. Alhasil Topo pun kerap absen mengajar dan berpraktek. Meski disiplin mengkonsumsi obat, tetapi kadar gula darahnya tetap tinggi. Oleh karena itu alumnus Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti itu memutuskan berhenti bekerja sebagai dosen. Dengan istirahat cukup ia berharap cepat sembuh.

Harapan itu sulit terwujud. Ia justru berkali-kali menginap di rumahsakit akibat kadar gula yang melambung. Pada Februari 2006, misalnya, ia muntah-muntah akibat kekurangan kalium sehingga kadar gula darahnya melonjak. Itu akibat produksi insulin diabetesi-penderita diabetes mellitus-amat rendah. Kalium bermanfaat meningkatkan kepekaan insulin, sehingga proses pengurasan gula dalam darah berlangsung efektif.

Akibat minimnya insulin, gula darah tidak digunakan untuk menghasilkan energi. Sebagai gantinya terpaksa tubuh memanfaatkan lemak untuk menghasilkan panas dan tenaga. Tanpa gula, pembakaran lemak tidak berjalan sempurna. Bau keton-senyawa kimia beracun yang bisa menyebabkan darah menjadi asam-pun menguar dari mulut Suyatno. Itu tanda keracunan keton alias ketosis. Dampak keracunan keton, Suyatno muntah-muntah dan tegang. Jika bertambah buruk, dibarengi kekurangan kalium, menyebabkan koma, bahkan kematian.

Minimnya insulin dari kebutuhan tubuh, menurut Prof Dr Sumali Wiryowidagdo Apt guru besar Farmasi, Universitas Indonesia, penyebab utama munculnya diabetes. Kadar normal insulin dalam darah 3-20. Hormon itu berperan mengatur kadar gula darah. Jika kadar gula darah melebihi normal, ginjal ikut mengeluarkan gula bersamaan dengan urine.

Gula menarik cairan sehingga volume air kemih berlebihan. Akibatnya, penderita kerap berurine. Karena kehilangan banyak cairan, penderita pun gampang haus. Di lain pihak, glukosa yang terbuang percuma bersama urine menyebabkan tubuh kehilangan energi. Penderita penyakit yang ditemukan oleh seorang berkebangsaan Yunani Areteus (81-138 SM) itu, menjadi gampang lelah dan lapar.

Kolagen
Tujuh tahun sudah penyakit kencing manis itu tak kunjung sembuh, meski ditangani serius. Pada Mei 2008, Suyatno mendapat informasi khasiat teripang. Sejak itulah pria kelahiran 14 Oktober 1936 itu rutin mengkonsumsi ekstrak teripang. Dosisnya 2 sendok makan 3 kali sehari. Ekstrak teripang ia konsumsi sejam setelah obat dokter. Namun, 2 bulan berselang gula darah puasanya justru anjok: 80 mg/dl; kadar normal, 126 mg/dl.

Suyatno kemudian 'bereksperimen' hanya mengkonsumsi ekstrak teripang, obat dokter dikesampingkan. Dosisnya tetap 2 sdm 3 kali sehari. Dua bulan kemudian ayah empat anak itu memeriksakan diri ke dokter. Hasilnya, kadar gula darahnya normal: sebelum makan 113-115 mg/dl dan setelah makan 125-137 mg/dl.

Teripang ampuh menurunkan kadar gula darah karena mengandung minimal 11 asam amino. Kesebelas asam amino itu adalah miristat, palmitat, palmitoleat, stearat, oleat, linoleat, arakhsidat, eicosapentaenat, behenat, erusat, dan dokosaheksaenat. Kandungan asam eicosapentaenat (EPA) dan asam dokosaheksaenat (DHA) relatif tinggi, masing-masing 25,69% dan 3,69%. Nilai EPA besar menandakan kecepatan teripang dalam memperbaiki jaringan rusak dan menghalangi pembentukan prostaglandin penyebab radang tinggi.

Teripang juga kaya protein, mencapai 82%. Menurut Dr Muhammad Ahkam Subroto, MSc AppSc APU, periset Puslit Bioteknologi LIPI, teripang baik dikonsumsi penderita diabetes. Dari jumlah protein itu 80% berupa kolagen. Protein tinggi itu berperan meregenerasi sel beta pankreas yang memproduksi insulin. Akibatnya, produksi insulin meningkat. (Faiz Yajri)

Sumber: Trubus

ARTKEL TERKAIT



0 komentar:

Posting Komentar